Kemerdekaan dan Dosa di Mata Iqbal

Oleh AHMAD GIBSON AL-BUSTOMI

Cuma Gereja, kuil, masjid,rumah berhala
Kau bangun lambang-lambang penghambaanmu
Tak pernah dalam hati kau bangun dirimu
Hingga kau tak bisa jadi utusan merdeka.

(Muhammad Iqbal)

TEMAN saya bercerita tentang pembicaraannya dengan seorang abdi dalem keraton. Berpijak pada asumsi bahwa sikap abdi dalem (yang kebetulan temannya juga) kepada majikannya, Sultan, sebagai sikap keterjajahan, teman saya bertanya, “Apakah Anda tidak merasa dalam keadaan terjajah, dan tidak berusaha keluar dari keterjajahan itu?” Sang abdi dalem menjawab bahwa ia sama sekali tidak merasa terjajah, karena pengabdiannya kepada Sultan disikapi sebagai penghormatan dan ketaatannya kepada bangsanya. Dan, bahkan bila ada orang yang memaksa dia untuk tidak taat pada Sultan dan melarang tatakrama dalam menghadap Sultan, ia menganggap bahwa larangan itulah penjajahan bagi dirinya. Continue reading

Mantera Cinta

Mantera Cinta

Cinta sang pecinta dan sang kekasih bukanlah kesempurnaan, melainkan saling menyempurnakan; saling melengkapi. Hanya kebohongan dan penghianatan yg bisa menutup pintu cinta, selain itu masih ada senyum buat cacat sang kekasih.

Kalau “cinta”, kenapa harus lahir perasaan kecewa ? tak perlu diterima cacatnya, tapi tutupilah— cinta bukan jual-beli.

Kekecewaan hadir karena berharap tuk menerima lebih; sementara sang kekasih tak bisa memenuhinya, atau tak paham apa yg pecinta harapkan; itulah saat paling tepat bagi pecinta untuk memberi,  memberikan terang-cahaya pada gelap ketidakpamahan sang kekasih dengan senyum dan limpahan kasih-sayang…

sang pecinta dan sang kekasih adalah satu; seperti menyatunya dalam diri antara mencinta dan dicintai. kekecewaan cenderung hadir disaat diri menjadi yang dicinta, dan curahan kasih sayang hadir di saat diri menjadi sang pecinta. Ketika keduanya menyatu, hadir besamaan; harapan akan selalu hadir besamaan dengan limpahan kasih sayang yang akan menepis luapan kekecewaan.

Cinta bukanlah kesempurnaan, akan tetapi saling menyempurnakan. bagaikan jari tangan yang saling menggenggam erat; bila terlepas dan terpisan, keduanya melemah dan jatuh. bilah terlpas dan terpisah, keduanya saling mencaci cacat dan kelemahan.

RAMADHAN: Menyibak Kabut Ilusi, Mengakrabi Rasa Takut

I

Rasa takut merupakan salah satu sifat umum yang dimiliki manusia, termasuk manusia beragama. Takut terhadap kenyataan kongkrit kehidupan manusia yang dihadapinya, yang tidak secara lengkap dipahaminya, rasa takut terhadap siksa Api Neraka, yang mungkin dideritanya di akhirat kelak. Kadang rasa takut itu muncul di luar kadar yang wajar, sehingga manusia berlaku kalap.
Rasa takut terhadap kenyataan kongkrit kehidupan semakin tumbuh subur ketika tingkat persaingan hidup semakin meningkat. Berbagai gejala kelainan psikologis dan penyimpangan sosial pun muncul ke permukaan. Kesemuanya itu terlahir dari rasa takut. Rasa takut pun telah melahirkan berkurang dan hilangnya kepercayaan pada orang lain, bahkan tidak jarang kehilangan kepercayaan kepada diri sendiri. KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme), sebagi contoh, merupakan gejala yang paling nyata dari gejala ketidakpercayaan pada (kemampuan) diri sendiri. Kecurigaan terhadap orang lain dalam berbagai aspek kehidupan menjadi rumus jitu dalam berbagai aktivitas kehidupan masyarakat. Tanpa kecurigaan bersiaplah untuk ditipu orang lain. Continue reading

Solilokui

Tidak sedikit orang dengan keberanian yang tidak “lumrah” mampu menghadapi ancaman maut. Tidak pula sedikit orang yang secara sadar mampu memaksakan diri dan memberanikan diri untuk tampil di gelanggang persaingan hidup, resiko urusan belakangan. berhasil atau tidak, lain soal. Tapi hanya segelintir orang yang memiliki keberanian untuk sekedar bertatap muka dengan buku, apalagi bergaul dengannya. Menatap, menjamah dan bergaul intim dengannya. Dan, kalau pun dengan terpaksa ia harus melakukan itu, salah satunya (anda atau buku) akan menjadi korban. Korban pemerkosaan. Continue reading

Reorientasi Makna Hidup Paradigma Sosial

Akar Pembentukan Makna Hidup Makna hidup merupakan persoalan yang bersifat sunstansial, fundamental, sekjaligus persepsional. Asumsi-asumsi yang dijadikan pijakan bagi perumusan makna hidup ini bisa berpijak di atas nilai-nilai tradisi budaya (lokal) yang diyakini sebagai nilai yang bersifat primordial (ancient) serta perenis, dan khususnya pada masyarakat atau individu/masyarakat yang religius persoalan tersebut senantiasa dipijakkan padan asumsi-asumsi teologis-primordialistik, persnis. Selain itu, makna-makna hidup bagi masyarakat tertentu mungkin juga dirumuskan di atas premis-premis filosofis. Continue reading

Empire Game; Pendidikan Militerisme dalam Imajinasi Masarakat Sipil

Manusia dengan imajinasinya menjadikan sesuatu yang hayali menjadi nyata atau tampak nyata, dan yang nyata menjadi tampak hayali dan sulit untuk dipercaya. Keberadaan imajinasi telah memposisikan manusia secara tegas sebagai homo ludens, makhluk yang suka bermain. Yang akhirnya, tak ada yang nyata di hadapan dan dalam pengalaman kehidupan manusia selain imajinasinya. Teori komunikasi mengatakan bahwa manusia tidak pernah berinteraksi dengan objek-objek secara langsung, melainkan dengan persepsi yang melahirkan dan terlahir dari imajinasi manusia tentang objek tersebut. Dengan kata lain, manusia cukup mengimajinasikan dan “mempersepsi” tentang suatu objek (hal) dan dunianya, manusia bisa hidup dalam dunia imajinasinya sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh real. Continue reading

Belajar Hidup dari kehidupan

Memaknai Kehidupan

Alkisah, ada orang bertanya kepada Rabi’ah.
“Selama ini kami melihat dirimu seperti manusia yang terasing dan terbuang. Dari manakah asalmu yang sesungguhnya, wahai Rabi’ah?”.
“Saya dari Negeri Akhirat”.
Dari Negeri Akhirat? Lantas hendak ke mana engaku pergi?”.
Saya hendak pergi ke Akhirat.
“Lalu apa yang engkau perbuat di dunia ini?”
“Karena saya berasal dari Akhirat, di sini saya hanya bermain-main. Itulah yang saya lakukan”.
“Maksudnya?”
“Saya makan roti di dunia, dan itu hanya permainan saya di dunia, tetapi saya beramal untuk Akhirat”. Continue reading

IKLAN DAN MENGIKLANKAN DIRI

Ketika si Kabayan menghadiri undangan pesta perkawinan salah seorang tetangganya yang kaya, ia dicemoohkan dan diusir, karena ia memakai pakaian yang biasa ia pakai sehari-hari. Akan tetapi, ketika si Kabayan datang lagi dengan pakaian dan sepatu yang bagus dan bermerk, ia disambut dengan sangat istimewa. Ia dipersilahkan untuk menyantap hidangan pesta. Si Kabayan menjadi pusat perhatian tuan rumah dan para pengunjung lainnya yang hadir di pesta itu. Padahal pakaian dan sapatu itu ia pinjam dari temannya yang juga kaya. Mendapat sambutan yang istimewa itu bukannya membuat si Kabayan merasa senang, ia malah membuka pakaian dan sepatunya kemudian meletakkannya di antara hidangan yang tersedia sambil berkata, “Makan dan bersenang-senanglah, karena semua hidangan dan sambutan ini diperuntukkan buatmu!”. Setelah itu si Kabayan pergi dan pulang ke rumah dengan hati puas. Continue reading

MENUNGGU: UPAYA MEMAKNAI JEDA

MEMAKNAI, MENJALANI, MENIKMATI

1. HIDUP ADALAH BATANG BAMBU

Siapa yang tidak mengenal batang bambu? Tumbuhan berdaun runcing, dengan batang yang di dalamnya kosong berlubang (rusa) dan berbuku-buku. Apa yang membuat pohon bambu itu kuat berdiri tegak? Padahal di dalamnya hanyalah terdiri dari ruasa-ruas dari ruang kosong tak memiliki kekuatan? Tidak jarang batang bambu itu dijadikan tiang, atau bahkan jembatan. Bila ia tidak kuat, mana mungkin dijadikan pokok tiang atau jembatan? Continue reading